Bukit Aur Serumpun terletak di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Minggu (19/02) lalu saya bersama rombongan kelas XII Agama mendaki Aur Serumpun. Sekitar jam delapan kami berangkat dengan Angkot KOPATRA.Semua tiga mobil. Kami berjumlah sekitar empat puluhan. Saya, tema dan wali kelas XII agama MAN 2 Batusangkar bertugas mengawasi anak-anak.
Jalur yang ditempuh untuk mendaki Aur Serumpun cukup beragam. Tetapi kami menyepakati melalui jalur yang termudah di daki yaitu Siturah. Saya dan rombongan mendaki, dengan santai. Tidak ada yang terlalu tergesa-gesa. Sambil mendaki ada yang berpoto dan ada yang bercerita. Ada juga yang tiap sebentar berhenti karena tidak biasa mendaki.
Sekitar satu jam, kami sampai di puncak Aur Serumpun. Di puncak kami bisa melihat view danau Singkarak, Kota Batusangkar dan latar bukit barisan yang indah selain itu juga bisa memandangi beribu ilalang yang menghiasi dinding bukit ini.
Di puncak Ustadz juga memberi wejangan kepada siswa XII Agama. Kebetulan di waktu yang sama siswa XI IS MAN 2 Batusangkar juga mendaki, tetapi melalui jalur yang berbeda. Mereka melewati jalur yang lebih sulit.
Sekitar dua jam-an, kami berada di puncak Aur Serumpun. Ada siswa yang berpoto, ada yang bercengkrama. Menjelang zuhur kami makan bersama. Sambalnya Telur, jengkol, tahu yang di masak oleh siswi yang tinggal di asrama.
Jelang Zuhur, kami turun ke bawah. Ternyata menurun lebih susah dari pada mendaki. Ada yang tergelincir, tapi tak sampai terluka. Ada juga yang berhenti tiap sebentar. Yang kreatif memakai tongkat. Saya dengan teman di belakang mengawasi anak-anak. Karena di depan ada guru juga. Jadi harus di bagi.
Akhirnya, sampai juga kami di bawah. Di Danau Singkarak, setelah melewati berbagai rintangan. Karena waktu zuhur sudah masuk kami sholat dulu. Setelah sholat rombongan berjalan lagi ke Tanjung Mutiara, tempat wisata di Danau Singkarak. Tetapi kami tidak masuk ke dalam, karena takut bayar mahal, tetapi apa di kata, baru masuk menjelang tanjung Mutiara, kami sudah di tanya oleh orang di sana. “Kepala rombongan mana?” Setelah negosiasi, kami membayar Rp. 60 ribu. Lumayan banyak untuk anak sekolah.
Karena diminta seperti itu, anak-anak jadi tercenung. Iba juga hati melihatnya. Sementara saya, dan ustadz minum dulu di Kedai. Tidak lama berselang, ada siswi yang ingin mencoba kapal. Tetapi terkendala dengan dana juga. Negosiasi-negosiasi akhirnya kami naik juga. Tidak seluruhnya yang naik. Sebagian siswi dan kami yang mengawasi 3 orang. Siswa laki-laki tidak ada yang pergi. (Takut habis uangnya kali.. hehe)
Kira-kira setengah jam, kami menikmati Danau Singkarak melalui kapal. Berpoto-poto, tidak ketinggalan. Meski, ada juga saya lihat di dalam kapal, raut kecewa. Karena naik kapal, tidak seindah yang dibayangkan. Setelah balik dari kapal, siswa yang laki-laki tidak ada yang mandi. Teman saya Hendri memancingny, dengan mandi terlebih dahulu. Sehingga satu dua ada juga yang ikut madi.
Sekitar pukul empat, angkot yang membawa kami tadi datang. Kami pulang dengan badan yang leth dan perasaaan yang cukup senang. Moga lain kali, bisa hiking kembali. ^^