Followers

Kamis, 11 Februari 2010

Istiqomah dalam beramal

Istiqomah dalam beramal
Oleh : Ilham Mustafa*

“Berbuatlah amal kebaikan sebagaimana mestinya, dengan ikhlas dan tidak berlebihan, dan ketahuilah bahwa perbuatanmu tidak akan membuatmu masuk surga dan bahwa amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling teratur dan terus menerus meski sedikit” (HR-Al-Bukhari).
Jika kita membaca hadis ini, mengapa kita harus takut untuk beramal. Sebab jika saat ini kita belum melakukan atau terrlalu memaksakan amalan, maka Rasulullah SAW telah memberikan kita solusi yaitu beramal terus menerus atau bisa disebut istiqomah. Hadis ini sungguh memberikan inspirasi bagi kita yang sedang futur atau mundur dalam beribadah dan beramal, dan juga memberikan dorongan kepada kita untuk tetap istiqomah (berteguh hati).
Di dalam kehidupan ini, Allah telah menentukan kadar kemampuan manusia. Jadi, jangan kita terlalu memaksakan diri. Kita harus menyadari bahwa Iman itu kadang bertambah dan berkurang. Namun itu jangan menjadi patokan. Teruslah beramal meskipun sedikit.
Bila kita mulai bekerja menuju suatu sasaran atau kebiasaan baru atau bila kita ingin mengubah sesuatu yang lama atau mencapai suatu yang baru. Tentunya kita harus mengatur waktu dan mengamalkannya terus menerus sehingga menjadi kebiasaan. Di dalam pepatah perancis juga dikatakan “sebatang pohon tidak akan rubuh dengan sekali ayunan kampak.” Mau tak mau ini menjadi pertanyaan bagi kita, mengapa begitu ditekankan pentingnya terus menerus atau konstan dalam beramal. Mari kita simak hadis berikut ini :
Sufyan Ats-Tsaqafi memaparkan, Aku berkata Ya Rasulullah, terangkan padaku tentang islam dalam satu kata hingga aku tidak perlu bertanya-tanya kepada siapapun selain kepadamu (menurut Muawiyah dia berkata, “siapa pun setelahmu”),” Nabi SAW Bersabda, Katakanlah aku beriman kepada Allah, lalu berteguh hatilah”.
Kalau kita baca sekilas hadis ini, kita akan takjub mengetahui bahwa islam itu singkat, hanya beriman kepada Allah dan berteguh hati. Bagaimana dengan iman kepada Rasul, bagaimana dengan nilai pilar-pilar lainnya, bagaimana dengan memiliki nilai-nilai moral yang baik seperti jujur dan amanah?
Tentu saja, ketika kita mengucapkan “aku beriman kepada Allah”, artinya hanyalah satu yaitu “aku adalah hamba-Nya, dan aku akan mematuhi semua perintah-Nya.” Dengan mengucapkan itu berarti kita harus menaati semua aturan yang ia gariskan di dalam Kitab-Nya yang mulia, yang disampaikan kepada kita oleh Nabi Muhammad SAW. Ini berarti bahwa, secara otomatis, kita harus berpegang pada dua hal yang Al-Qur’an yang mulia dan hadis serta sunnah Rasul-nya. Tidak ruwet, bukan?
Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana kalau kita kendur dalam berupaya dan tidak stabil? Katakanlah ketika kita bekerja keras, tapi entah bagaimana, kita lengah. Kita berkumpul dengan teman-teman yang tidak memperdulikan amalan mereka. Atau kita bergaul dengan teman yang tidak baik yang tidak pernah sholat, sehingga kita ikut-ikutan lupa sholat. Bagaimana jika kita kasar kepada orang tua, karena mereka menolak memberikan sesuatu yang kita inginkan? Bagaimana kalau kita tidak jujur dalam satu urusan kita?
Taubat, itulah jawabannya. Allah Berfirman : Dan Sungguh, Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman (pada keesaanku, dan tidak menyekutukanku) dan berbuat amal kebaikan, kemudian tetap menempuh jalan yang benar (hingga ajalnya) (QS. Thaha:82).
Sekarang segalanya lebih jelas, Bahwa kita harus tetap konstan dalam melakukan apapun. Tetapi masih ada satu permasalahan lagi yang perlu dipecahkan. Kita tentu tahu bahwa Allah memerintahkan kita untuk tidak berlebih-lebihan. Tetapi bagaimana definisi tidak berlebihan itu? Dalam hadis ini, Nabi Muhammad SAW bersabda :
Aisyah meriwayatkan : Nabi ditanya, “Amal apakah yang paling disukai Allah? Beliau berkata, “Amal yang paling teratur dan terus menerus, sekalipun mungkin sedikit.” Beliau menambahkan, “jangan bebani dirimu, kerjakanlah amal ibadah menurut kemampuanmu (HR-Al-Bukhari)
Ada dua arti dalam “menurut kemampuanmu.” Arti yang satu adalah bahwa kita tidak boleh curang dengan menetapkan standar yang terlalu rendah, dan artinya satu lagi adalah bahwa kita tidak boleh melakukan sesuatu melampaui batas. Yang penting adalah, apapun yang akan kita lakukan harus di dalam batas-batas kemampuan. Sehingga akhirnya kita bisa secara konstan untuk beramal. Wallahua’alam.

0 komentar:

Komunitas

Entri Populer

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys