Followers

Selasa, 28 Desember 2010

SIHIR-SIHIR PENDIDIKAN


Diam dan nyaris tak bergerak jika kita tidak memiliki informasi. Bagi para pemegang saham informasi baik melalu TV, Koran maupun internet menjadi sarapan paginya dan menu utamanya adalah bagaimana memenangkan saham dan kerasnya persaingan dalam berbisnis. Para pelajar yang tidak mau ketinggagalan informasipun sekarang sudah mulai membudayakan tradisi melirik informasi meskipun kuotanya tak seberapa. Meskipun berada dititik minoritas para pelajar yang suka mencari informasi inilah yang menjadi nomor satu di sekolahnya. Sehingga Benjamin Disraeli mengatakan “Memiliki informasi terbaik berarti menggengam dunia.”

Sekarang di dunia yang serba materialis ini semua sudah digenggam oleh sihir-sihir duniawi. Djiang Lien (2002) mengatakan pada dasarnya sihir tewujud dalam tiga bentuk : mengintimidasi,memanipulasi dan mendominasi. Ketiga bentuk itu terdapat proses yang saling berkait. Hal ini jugalah yang menjadikan sektor penurunan prestasi pendidikan dikalangan pelajar. Tak salah kiranya kalau disebut ini merupakan sihir-sihir pendidikan.

Para pendidik tentunya tidak mau jika para siswanya gagal dalam Ujian Nasional. Maka tentunya para pendidik akan mengintimidasi siswanya untuk belajar. Harus hapal ini, harus kerjakan itu padahal siswanya sndiri tidak paham apa yang dibaca. Maka, jika siswa tidak lagi sanggup menahan beban maka akan terjadi manipulasi. Kalau diistilahkan “asal Bapak senang”. Memanipulasi ini bisa dengan cara mencontek, mencari bocoran soal dan lain sebagainya. Dan fenomena ini sering terjadi pada ujian Nasional di negara ini. Maka jika kedua hal tadi telah terlaksana, tentunya kejahatan, kekerasan akan mendominasi jiwa siswa tersebut.

Maka tak salah kiranya produk tadi akan bekerja asal-asalan. Bisa kita buktikan para pegawai birokrasi yang tidak disiplin dan mempersulit rakyat. Para pegawai yang tidak berkompeten dan banyak lagi contoh-contoh lainnya. Kisah-kisah orang sukses menjadi minoritas di berbagai kalangan. Kisah-kisah gayus sekarang mulai bermunculan. Entah sampai kapan negara ini mencetak kader-kader koruptor yang handal? Pertanyaan yang sulit untuk terjawab sampai sekarang meskipun KPK (Komisi Pemberantas Korupsi) telah terbentuk.

Sunpah pemuda yang menjadi janji pemuda Indonesia, Tak juga mengubah prestasi pendidikan secara menyeluruh. Kalau ditanya prestasi individu, Indonesia juga sering memenangkan lomba Olimpiade internasional tapi itu hanya sebatas ceremonial bukan hal yang subtasansial. Sekarang yang diinginkan adalah bagaimana bangsa ini cerdas. Saya teringat dengan lomba eagle award yang di selenggarakan oleh Metro TV dengan tema “Cerdas Indonesiaku.” Tapi ini hanya sebatas perlombaan. Kalau saya berpendapat teori tak semudah aplikasi.

Jika kita memilih sebuah jurusan di sekolah ataupun Universitas, maka yang akan sering ditanyakan oleh orang adalah “mau jadi apa setelah sekolah nanti?’ menurut saya itu adalah pertanyaan yang sangat picik dan melemahkan sekali. Jika kita kembali kesejarah orang-orang sukses ia tidak selalu memikirkan materi.

Kalau kita baca sejarah, Walt Disney yang sekarang terkenal dengan film kartunya. Ia yang menciptakan Mickey Mouse dan trhee Litle Pigs. Di dalam buku Dal Carnegie, Walt Disney percaya bahwa rahasia sukses semata-mata terletak kepada pekerjaan. Katanya gagasan untuk semata-mata mencari uang tak menarik hatinya. Karya dan pekerjaanlah yang menimbulkan gairah semangat dan kegembiran dalam hidupnya. Kalau bicara di dunia Islam bagaimana Bilal bin Rabah yang dulu seorang budak bisa mempertahankan agamanya walaupun disiksa dan akhirnya karena keteguhannya ia berhasil dan menjadi muazin terkenal dimasanya. Dan banyak ulama lain seperti imam mazhab yaitu imam Syafi’I, imam maliki, imam hanafi, imam hanbali dan Imam lainnya. Mereka senantiasa untuk menjaga disiplin ilmu dan bisa mengembangkannya. Belum lagi kita sebut ulama hadis seperti bukhari dan muslim yang berjuang mencari hadis dan menuliskan bukunya yang sampai sekarang menjadi pedoman kedua setelah al-Qur’an.

Sekarang tinggal kita menetapkan visi. Apa yang seharusnya kita cari. Apakah kita mencari vision du monde (visi duniawi). Yang berpatokan kepada materi atau hal belaka. Ataukah kita memiliki visi jauh sampai kepada akhirat. Menurut Goldmann, vision du monde tidak lahir begitu saja. Ia berpandangan bahwa situasi disekitarlah yang mengubahnya. Maka dimanapun tentu kita akan selalu dipengaruhi oleh lingkungan dan perilku sosial di masyarakat. Karena motivasi orang melakukan sesuatu ada tiga faktor : Faktor Frustasi, Faktor sosial dan faktor Hidayah. Kalau didalam Islam visi umat seperti do’a yang sering kita baca yang terkenal dengan doa sapu jagad yaitu ”Robba atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah” artinya ya tuhan kami, berikanlah kebaikan kami di dunia dan di akhirat.

Jadi, segala sesuatu yang kita perbuat harus dikembalikan kepada niata. Seperti hadis yang diriwatkan Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi)

Terakhir, kita semua tentu tidak ingin terpengaruh sihir-sihir pendidikan yang akan menjadikan kita bodoh dan tidak berwawasan. Boleh jadi 4 tahun kuliah kita sukses, tapi 40 tahun lagi kita akan menjadi gagal dan tidak memiliki visi yang jelas. Karena tujuan kita hanya mencari nilai belaka. Maka banyak sarjana yang pengangguran dan memiliki pekerjaan tidak sesuai dengan jurusannya. Karena yang menjadi tujuan awalnya untuk belajar adalah mencari pekerjaan. Maka tiga bentuk sihir pendidikan itulah yang dipakainya. Semoga kita menjadi orang yang berwawasan dan memiliki pengetahuan yang luas dan terhindar dari sihir-sihir tersebut. Fastabiqul khairot. Wallahua’lam.

1 komentar:

gesti v. mengatakan...

yaa,dan dalam dunia per kuliahan-mahasiswa pun,banyak sekali dari kita yang tersesat. tersesat dalam artian beberapa dari kita mengambil jurusan yang sebenarnya tidak sesuai dengan kompetensi dan kemauan diri sendiri. kita dapat menemukan beberapa alasan yang cocok berikut ini:
keinginan orang tua, ikut-ikutan teman, atau daripada nggak sama sekali dan lain-lain.
ketika sudah memulainya,lalu perlahan meraba-raba apa yang akan dihadapi,kemudian waktu berganti dan tanpa sadar sudah berada di pertengahan,reaksi reaksi aneka macam pun muncul.ada yang merasa biasa saja,tertekan, depresi bahkan ada yang berujung bunuh diri.sebagian ter-ekspresikan; lewat curhat sesama teman, status di jejaring sosial. namun sebagian lagi tidak, hanya mengendap di dasar hati, menjadi gelap dan menyiksa batin.
semoga generasi yang lebih muda menyadari ini dan memperbaiki kelemahan seperti ini.
lalu kembali ke tukisan di atas,mungkinkah ada solusi nyata untuk menyikapi sihir-sihir pendidikan?

coba aja klo para pemimpin/dan dewan perwakilan rakyat punya blog,atau situs jejaring sosial lainnya dan rajin mengecek trending topic dan masalah-masalah yang memang perlu di carikan solusinya.
#trims

Komunitas

Entri Populer

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys