Followers

Senin, 23 Januari 2012

Mengejar Impian;Seolah makan buah simalakama

Oleh: Ilham Mustafa

Sudah tiga bulan sejak wisuda. Aku merasa belum menemukan apa yang dicari sebenarnya. Aku seolah terjebak dengan daerah kediaman kecilku, Batusangkar. Entah, ini yang menjadi pilihan saat ini, atau bukan. Aku masih merasa ragu. Pekerjaan yang ditanya setiap orang setelah wisuda, hanya bisa kujawab dengan selorohan. Entah kapan seperti ini? aku belum tau.

Waktu terus berjalan. Aku mengibaratkannya “alam semesta bergerak cepak, dalam ragaku yang bergerak lambat.” Setidaknya ini mengambarkan diriku saat ini. Waktu begitu cepat berlalu, namun belum satu jua yang pasti, kutemukan dalam hidupku. Benar kata orang “idealisme hanya sampai mahasiswa.”

2011 telah berlalu, sekarang di tahun 2012 aku mesti mengejar impianku. Entah bagaimana caranya, yang penting berusaha. Sebetulnya gerakku meskipun agak lambat, tetapi menurutku satu dua ada juga yang bermamfaat. Pernah juga ku melamar pekerjaan, itupun atas rekomendasi. Ada juga tes yang telah kulalui, kini hanya menunggu hasil. Tetapi gerak seperti saat ini sangat menyebalkan.

Gerak-gerak menyebalkan ini, harus dilawan dengan semangat. Meskipun memiliki beberapa kendala. Sampai saat ini aku masih ragu untuk memutuskan. Yang jelas aku harus S2. Jangan sampai karena pekerjaan, ini ditinggalkan. Aku sangat takut menghadapi saat-saat seperti ini.

Ketika bertanya peluang kepada teman-teman. Mereka selalu bilang aku lebih banyak memiliki jaringan dan peluang. Kalau sudah begitu aku hanya tersenyum. Seraya berkata, “mudah-mudah saja begitu.” Entah ini doa atau ejekan, aku juga tidak tau persisnya. Karena hati siapa yang tahu.

Pekerjaan sebetulnya bisa dibuat. Tetapi ini yang masih belum kubaca dan kusiasati. Jika ku mereview kembali tulisan terakhirku menjadi pemred di suara kampus “sarjana harus kreatif” dan “sarjana belum siap bersaing”. Memang benar adanya. Banyak teman-teman termasuk diriku yang belum mampu mengembangkan ilmunya. Entah kenapa? Banyak pekerjaan yang diambil semata-mata karena tidak memiliki pilihan. Apakah hidup terlalu sulit? Menurutku tidaklah seperti itu. Hanya saja strategi dan keberanian belum ada.

Berjalan dan terus berjalan sampai akhirnya aku menemukan. Semua resahku hanya di hati. Status sarjana ini hanya sebagai gengsi. Aku yakin nanti ini harus diubah dari pola pikir kita semua. Tiada strata tetapi pikirkan kita adalah manusia. Seorang manusia yang hidup memiliki persoalan, permasalahan dan lika-liku yang bergelombang. Tidak selamanya hidup manis dan bahagia, tetapi harus dilalui juga dengan berbagai cobaan. Allah telah menggariskan dalam al-Quran bahwasanya nanti Allah akan memberi cobaan kepada hambanya.

Semoga impian yang kubuat dan apa yang kuharapkan. Bisa terwujud di tahun ini. Semoga hati ini tidak galau lagi, dan bersiap untuk bekerja, meski tanpa kantor dan pimpinan. Oh. Alangkah indah hidup kita yang mengatur, tanpa diperintah. Kerja seperti ini sangat mengasikkan. Kita bisa melihat Orang yang sederhana. Memiliki rumah reot, namun belum tentu menyedihkan. Bahkan orang itu bisa jadi bahagia dengan kesederhanaan. Maka apa yang dipesankan oleh Allah dalam al-Quran untuk menjadi orang pertengahan, bisa terwujud. Sehingga menjadi anggun dalam bersikap, dan berkedaan. Semoga.

NB : Hidup penuh rahasia dan teka-teki

0 komentar:

Komunitas

Entri Populer

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys