Followers

Jumat, 17 Desember 2010

Persma Bernarasi Di Bumi Lampung

Catatan Perjalan Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat lanjut di UNILA

Bus perlahan berjalan menuju terminal Raja Basa. Di sepanjang jalan kiri dan kanan sudah terdengar klason mobil dan motor bersahutan. Ke depan saya melihat tulisan “Bandar Lampung Kota Tapis berseri”. Di kota itulah saya mengikuti Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Lanjut (PJMTL) se-Indonesia yang diadakan UKPM Teknokra Universitas Lampung (UNILA) tanggal 4-9 Oktober lalu.
Sesampai di Terminal, Panitia menjemput saya dengan motor menuju lokasi penginapan di Pahoman. Lokasinya memakan waktu setengah jam dari UNILA. Panitia melesat melalui jalan lalu lintas, di setiap ruas jalan protokol di Bandar Lampung kami terhenti karena macet.
Sesampai di Wisma Semergo, Pahoman saya melihat spanduk tepasang dengan tema “Persma bernarasi di Bumi Lampung”. Memasuki gerbang saya langsung disambut panitia, barang bawaan saya sudah diangkat ke kamar .”makan dulu ya, pasti sudah laper,” kata salah seorang panitia.
***
Perjalanan yang saya tempuh kira-kira 28 jam dari padang menuju kota Bandar Lampug. Saya berangkat jam 11 (08/10) dari Loket Gumarang Jaya sampai di lokasi pelatihan pukul 14:00 (09/10). Rasa penat masih terasa ketika panitia menyuruh masuk pada materi yang disampaikan oleh Juewndra Asdiansyah (Redaktur Pelaksana, Tibun Lampung). Materinyanya Jurnalisme Bukan Propoganda. Dalam materi itu ia menjeskan “Jurnalis berbasis Fakta dan fakta suci.”
Acara selanjutnya Sesi coffe break, kami beristirahat. Tiba-tiba datang mengajak pergi jalan-jalan “siap-siap mobil sudah menunggu ke luar, kita mau pergi ke Bukit Randu.” Disana saya melihat kota Bandar Lampung yang berjejer dengan rumah, dari kejauhan terlihat pelabuhan Bekahauni. “kotanya acak-acakan ya” kata salah seorang panitia.
Malam Pukul 08:00 kami salig bertukar pikiran mengenai LPM Masing-masing utusan kemudian dilanjutkan dengan diskusi membahas permasalahan Pers Mahasiswa dan mencari solusinya. Sesi ini dipimpin oleh Pemimpin Umum Teknokra Beni dan dilanjutkan oleh 14 peserta. Berty Wedya Sari (LPM Kronika Metro, Stain Metro Lampung), Dian Wahyu Kusuma (UKPM Teknokra, UNILA), Erliana (Bahana Mahasiswa, Univ. Riau), Fenny Rahma (LPM Univ. Muhammadiyah Palembang, Ilham Mustafa (LPM Suara Kampus, IAIN Imam Bonjol Padang), Khairil Hanan Lubis (LPM Suara Usu, Univ. Sumatera Utara), Rifki A.P (LPM Balairung, Univ. Gajah Mada), Rika Zulhaini Utami (LPM , teropong, Univ. Sumatra Utara), Rina Atmasari (LPM Aspirasi BSID FBS, Univ. Negeri Makasar), Sandhio Alpangeano (LPM Gagasan, UIN SUSKA Riau), Santi Syafiana (Surat kabar Kampus Ganto, Univ. Negeri Padang), Suriawati (LPM, Profesi, Univ. Negeri Makassar, Zalyoes Yoga Permadya (LPM Genta. Univ. Andalas dan Fauzan Fikri (LPM Gelora Sriwijaya, Univ. Sriwijaya).
Hari Kedua, Selasa (05/10), terbagi kepada 3 sesi. Sesi pertama kami mengunjungi Museum Lampung. Selanjutnya Diskusi Soal Indepth Reporting Tekhnik Reportase mendalam dan kiat menembus narasumber, lingkaran konsentris, dan tekhnik wawancara dengan mengacu pada contoh-cotoh liputan mendalam pada majala Tempo yang disampaikan oleh Pemimpin Redaksi Tempo Wahyu Muryadi.”kita bekerja bukan untuk diri sendiri,” ungkapnya ketika menyampaikan materi. Sesi terakhir diisi dengan nontong bareng film Feronicca Guerin.
Materi hari ketiga, Rabu (06/10) terbagi 3 sesi yang menghadirkan Fahri salam sebagai pemateri, ia merupakan penulis lepas dan sekarang berkegiatan di yayasan pantau. Sesi pertama dimulai dengan diskusi tekhnik penulisan Feature dengan contoh-contoh tulisan feature. Selanjutnya diskusi membahas tulisan Feature yang dikirim peserta ke panitia. Peserta bisa menukar tugas dengan teman disamping dan membacakannya di kelas. Masing-masing peserta member penilaian. Setelah itu pemberian tugas liputan feature kepada masing-masing. Malamnya ditutup dengan pembahasan mengenai menulis Profil.
Diskusi soal Narasi yang ditunggu peserta akhirnya disampaikan pada hari keempat, Kamis, (07/10). Ini juga dipandu oleh Fahri Salam. Ia menjelaskan bahwa narasi itu bias bertutur. “don’t tell it, but show it”. Ia juga menambahkan bahwa untuk menjadi penulis narasi itu tidak cukup dengan meliput dalam beberapa jam saja. Materi ini membahas contoh-contoh tulisan narasi dalam buku jrnalisme sastrawi, menulis deskripsi, sudut pandang penulisan, dialog dan merekam detail peristiwa. Selanjutnya materi riset dan database. Peserta diajarkan bagaimana meriset bahan untuk menunjang proses reportase. Sesi terakhir yaitu membahas tugas. Peserta membacakan tulisannya di depan kelas yang lain menyimak dan memberi tanggapan.
Liputan Lapangan pada hari ke enam, Jumat (8/10). Peserta disuruh untuk melakukan penekanan pada penulisan nasari. Ini dilakukan di wilayah lokalisasi Pemandangan. Setelah pulah langsung diketik tulisannya dalam beberapa jam. Setiap peserta dibagi perkelompok. Satu kelompok dua orang. Saya bersama teman dari Universitas Muhammadiyah Palembang. Kami melipu dan menulis tulisan dengan judul “hanya-hanya ikut-ikutan”.
Rangkaian acara terakhir, Sabtu (09/10) ditutup dengan jalan-jalan. Peserta diajak ke Wisata Menara Siger dan Pantai merak Belatung. Acara terakhir dilanjutkan dengan penutupan dan perpisahan. Sekaligus penyerahan piagam dan kenang-kenangan dari panitia untuk peserta.

0 komentar:

Komunitas

Entri Populer

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys